Sabtu, 28 Mei 2011

ASKEP SENSORI PERSEPSI-HALUSINASI


LAPORAN PENDAHULUAN
PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

A.    Pengertian
     Halusinasi adalah penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang berhubungan dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas. (Kaplan dan Saddock, 1998). Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik.
    
     Jenis halusinasi ada 2 (dua) yaitu:
1). Halusinasi non patologis
     Menurut NAMI (National Alliance for Mentally Ill). Halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang bukan penderita gangguan jiwa, pada umumnya terjadi pada klien yang mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena pengaruh obat-obatan (halosinogenik) halusinasi ini antara lain:
a.  Halusinasi hipnogonik   :    persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat sebelum seseorang jatuh tertidur.
b.  Halusinasi hipnopomik :    persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada saat seseorang terjatuh bangun.
2)  Halusinasi patologis
a.  Halusinasi pendengaran (Auditory)
     Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berbeda dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b.  Halusinasi penglihatan (Visual)
     Klien melihat gambar yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya.
c.  Halusinasi penciuman (Olfactory)
     Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d.  Halusinasi pengecap (Gustatory)
     Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan makanan yang tidak enak.
e.  Halusinasi peradaban (Taktil)
     Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.

B.    ETIOLOGI
     Menurut Rawlin, et all, (1998) etiologi halusinasi dilihat dari 5 (lima) dimensi yaitu:
1.  Dimensi fisik
     Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tapi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi pendengaran, halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan sehingga terjadi delirium intoksikasi, alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam jangka waktu yang lama.
2.  Dimensi intelektual
     Halusinasi terjadi sebagai usaha untuk merubah realita yang ada, yang bertujuan untuk melindungi integritas dirinya dan adanya fungsi ego untuk mengadakan kontak yang realita.
3.  Dimensi emosional
     Terjadinya halusinasi karena adanya perasaaan cemas yang berlebihan yang tidak dapat diatasi dan sebagai hal yang menakutkan sehingga menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan.
4.  Dimensi sosial
     Halusinasi dapat terjadi disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan kecemasan akibat hilangnya control terhadap diri, harga diri maupun interaksi social dalam dunia nyata, sehingga klien cenderung menarik diri dan hanya tertuju pada dirinya sendiri.
5.  Dimensi spiritual
     Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk social, mengalami ketidakharmonisan berinteraksi, penurunan kemampuan untuk menghadapi stress dan kecemasan serta menurunnya kualitas untuk menghadapi keadaan sekitarnya. Akibatnya saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan kehilangan control terhadap kehidupannya.

Menurut Stuart dan Sudden, 1998, terjadinya halusinasi dapat disebabkan sebagai berikut :
1.  Teori psikoanalisa
     Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangasangan dari luar yang mengancam, ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
2.  Teori biokimia
     Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neuro kimia cepat bufatamin dan dimetyl tramsferasia.

C.    RENTANG RESPON MASALAH
Respon adaptif 
Respon mal adaptif
Pikiran logis
Pikiran kadang menyimpang
Kelainan pikiran/delusi halusinasi
Emosi konsisten dengan pengalaman
Emosi berlebihan/kurang
Ketidakmampuan untuk Mengalami emosi
Perilaku sesuai
Perilaku tidak lazim
Perilaku tidak terorganisasi.
Hubungan social harmonis.
Menarik diri.
Isolasi social.

D.   PROSES TIMBULNYA MASALAH
Menurut Depkes, 2000, halusinasi terjadi dalam beberapa fase:
1.  Fase pertama comforting (menyenangkan)
2.  Fase kedua condemning (menyarankan)
3.  Fase ketiga controlling (mengendalikan)
4.  Fase keempat conquering (menakutkan)
E.    POHON MASALAH

                             Resiko terhadap tindakan kekerasan
                               yang diarahkan pada lingkungan
                                    diri sendiri dan orang lain




 

     Gangguan konsep diri Perubahan sensori persepsi     Penata laksanaan regimen
     Harga diri rendah                   halusinasi                    terapeutik tak afektif
     kronis                               (cor problem)                              


                                       Isolasi = menarik diri             kurang pengetahuan
                                                                              Keluarga merawat klien
                                                                                             
F.  MASALAH KEPARAWATAN
1.  Resiko tinggi perilaku kekerasan, menciderai diri sendiri dan orang lain.
Ds : klien mengatakan mendengar suara negative tentang orang lain, ancaman atau ejekan.
Do : mudah tersinggung, jengkel, marah, ekspresi wajah tegang,, memukul atau menyakiti orang lain, merusak lingkungan sekitar.
2.  Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
     Ds : klien menyatukan mendengar suatu, melihat benda atau sesuatu mengecap rasa sesuatu atau mencium bau yang tak nyata.
     Do : klien berbicara curiga, tersenyum dan bermusuhan, berbicara kalau kadang-kadang tidak masuk akal.
            Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tak nyata.
3.  Defisit perawatan diri
     Ds :    klien menyatakan malas untuk beraktivitas seperti mandi, makan, ganti baju dan lain-lain.
     Do :    pakaian tidak rapi, pakaian kotor,
              rambut kusut, kotor, berbau tidak sedap,
              PH yang kurang,
              menolak untuk makan.
4.  Intoleransi aktivitas
     Ds :    klien menolak beraktivitas
     Do :    Pasif
              Tidak menyadari/menghindar dari kegiatan yang ada dan
               tidak peduli dengan aktivitas sehari-hari.
5.  Perubahan pola tidur
     Ds :    klien mengatakan tidak bisa tidur takut diganggu suara-suara dan mimpi yang menakutkan.
     Do :    klien tampak mengantuk
              Gelisah
              Malam hari tidak dapat tidur
              Daerah sekitar mata kehitaman
              Mata sayu atau sulit untuk berkonsentrasi
6.  Menarik diri
     Ds :    klien hanya menjawab “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
     Do :    menghindar dari orang lain
              Kontak mata kurang : sering menunduk
              Posisi tidur seperti janin
              Sulit diajak komunikasi.
7.  Harga diri rendah
     Ds :    klien mengatakan merasa malu, tidak dapat berbuat sesuatu, mengatakan tidak berharga, menyalahkan diri sendiri, menilai negative pada diri sendiri.
     Do :    tidak ada kontak mata
              Sering menyendiri
              Menghindari orang lain.

G.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.  Resiko tinggi perilaku kekerasan = menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi.
2.  Perubahan persepsi sensori = halusinasi b/d menarik diri.
3.  Kerusakan interaksi social = menarik diri b/d HDR.
4.  Perubahan persepsi sensori = halusinasi b/d penatalaksanaan regimen “terapeutik” tidak efektif.
5.  Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif b/d koping keluarga tidak afektif.

H.  RENCANA KEPERAWATAN
     Diagnosa         :    Resiko tinggi perilaku kekerasan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi.
     Tujuan umum   :    Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
     Tujuan khusus  :    a.  klien dapat membina hubungan saling percaya.
                               b.  klien dapat mengenal halusinasinya.
                               c.  klien dapat mengontrol halusinasinya.
                               d.  klien dapat memanfaaatkan obat dengan baik.
                               e.  klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
     INTERVENSI
TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya.
1). Bina hubungan saling percaya
          Salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic yang akan dibicarakan, waktu bicara dan tujuan bicara).

          2). Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
          3). Dengarkan ungkapan klien dengan empati.

TUK 2 klien dapat mengenal halusinasinya
1). Lakukan kontak sering dan singkat (agar klien tidak selalu sering kontak dengan halulsinasinya).
          2). Observasi klien terkait dengan halusinasinya, berbicara, tertawa tanpa adanya stimulus memandang ke kiri/ke kanan/depan seolah-olah ada teman sedang berbicara.
          3). Bantu klien untuk mengenali halusinasinya.
-    Saat klien halusinasinya adakah suara yang didengar, adakah yang dilihat, bila ada apa yang didengar, apa yang dilihat dan lain-lain.
-    Katakan pada klien bahwa klien melihat atau mendengar, namun perawat tidak melihat atau mendengar dengan nada bersahabat tanpa menuduh (menghakimi).
-    Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien.
-    Katakana bahwa perawat akan membantu klien.
          4). Diskusikan dengan klien
-    Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
-    Waktu frekuensi dari halusinasi (pagi, siang, sore, malam, saat mandi, makan, tidur, jengkel atau sedih, stress, menyendiri).
TUK 3 klien dapat mengontrol halusinasinya.
1).           Identifikasi bersama klien tindakan apa yang bisa dilakukan bila sedang berhalusinasi.
2). Beri pujian terhadap ungkapan klien tentang tindakannya.
3). Diskusikan cara memutus halusinasi (mengusir, beraktivitas atau berinteraksi dengan orang lain, mendekatkan diri pada pencipta, minum obat teratur).
4). Dorong klien untuk menyebutkan kembali cara memutus halusinasi.
5). Beri pujian atas upaya klien menjawab.
6). Dorong klien untuk memilih tindakan yang akan dilakukan.
7). Dorong klien mengikuti TAK.
8). Beri pujian bila mampu melakukan.
TUK 4 klien dapat memanfaaatkan obat dengan baik.
                                  e 1).   Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat obat.
2). Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat, merasakan manfaatnya.
3). Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4). Diskusikan akibat obat tanpa konsultasi (minum obat bebas).
5). Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara dan waktu).
6). Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis dan frekuensi dan manfaat obat.
TUK 5      .         klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

1). Bina hubungan saling percaya terus dengan keluarga.
2). Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi/tindakan yang dilakukan dalam merawat klien.
3). Berikan pujian terhadap tindakan yang positif.
4). Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan gejala serta perawatan di rumah.
5). Anjurkan keluarga cara mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah.





DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA., dkk, (1999), Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.

Kaplan dan Saddack, (1997), Sinopsis Psikiatrik : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri. Edisi I, Alih Bahasa : Dr. Wijaya Kesuma, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Stuart dan Sudden, (1998), Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 6th edition, CV. Mosby Company, USA.




STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    I

A.  Proses Keperawatan
  1. Kondisi klien
…….
2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
a.  Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b.  Klien dapat mengenal halusinasinya.
4.  Tindakan keperawatan
a.  Bina hubungan saling percaya.
-    Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan komunikasi terapeutik.
-    Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
-    Perkenalkan diri dengan sopan.
-    Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan kesukaannya.
-    Jelaskan tujuan pertemuan.
-    Jujur dan menepati janji.
-    Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
-    Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b.  Klien dapat mengenal halusinasinya.
-    Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
-    Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, berbicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang, memandang ke kiri/ke kanan/ke depan seolah-olah ada teman bicara.
-    Bantu klien mengetahui halusinasinya.
ü  Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
ü  Jika klien menjawab = ada, lanjutkan apa ygn dikatakan.
ü  Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh/menghakimi).
ü  Katakan bahwa ada klien lain yang seperti klien.
ü  Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
-    Diskusikan dengan klien.
ü  Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
ü  Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, malam, jengkel, sedih).
ü  Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih) beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat pagi bu? Kenalkan saya Abdul Wakhid. Nama ibu siapa? Ibu lebih suka dipanggil siapa? Tujuan saya ini, saya akan membantu memecahkan masalah ibu, saya bertugas di sini selama 1 bulan.
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu kabarnya hari ini? Saya perhatikan ibu sepertinya sedang berbicara. Dengan siapa bu?
c.  Kontrak :
     Topik       : Bisakah ibu cerita, agar saya bisa membantu ibu? Baik bu? Kali ini kita akan membicarakan tentang bagaimana cara mengenal halusinasi yang ibu alami saat ini.
     Waktu      : Berapa lama ibu ingin kita berbincang-bincang, kali ini? Bagaimana jika 15 menit ?
     Tempat    : Kalau begitu kita berbincang-bincang di mana?bagaimana jika di ruang makan?
2.  Kerja
     Bisakah ibu jelaskan apa yang sering ibu alami akhir-akhir ini? Bagaimana suara-suara itu bisa muncul? Bagaimana bentuknya? Apakah ibu bisa mengenal suara itu? Kapan suara itu biasa muncul? Apakah ini mengganggu ibu? Apa yang ibu rasakan jika suara itu muncul? Ibu jangan takut, pasien lain juga ada yang seperti ibu, tapi tidak apa-apa, saya akan mencoba membantu ibu.
3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif   =   saya merasa gembira sekali kita telah membicarakan tentang cara mengenal suara itu, bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tadi? Coba ibu ulang kembali tentang suara yang sedang ibu alami.
ü  Evaluasi objektif     =   klien murung, pandangan kosong, ingin selalu menyendiri dan suka di tempat yang gelap kadang klien tertawa sendiri.
ü  Rencana tindak lanjut =  untuk pertemuan selanjutnya, coba ibu ingat-ingat kembali hal lain yang sering ibu alami?
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Ibu ingin tahu tidak bagaimana cara mengontrol halusinasi yang ibu alami? Kalau ibu mau kita nanti akan membicarakannya.
Waktu      : Jam berapa ibu bisa berbincang-bincang lagi? Berapa lama?.
Tempat    : Di mana temaptnya bu? Apa masih tetap di sini? Kalau tidak di mana?.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    II (Kedua)

A.  Proses Keperawatan
1.  Kondisi klien


2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4.  Tindakan keperawatan
a.  BHSP
b.  Klien dapat mengontrol halusinasinya.
-    Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri, dan lain-lain).
-    Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
-    Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi.
ü  Saya tidak mau dengar/lihat kamu (saat halusinasi terjadi).
ü  Menemui orang lain (perawat/teman/anggota d/g) untuk bercakap-cakap/mengatur halusinasinya.
ü  Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasinya tidak sempat muncul.
ü  Meminta keluarga/teman/perawat, menyapa jika tampak bicara sendiri.
-          Bantu klien untuk memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
-          Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
-          Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulus persepsi.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat pagi bu? Bagaimana masih ingat dengan saya?.
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu kabarnya hari ini? Ibu masih ingat dengan apa yang saya tugaskan kemarin? Bagaimana sudah dingat-ingat hal lain yang ibu alami? Kalau ibu sudah tahu, coba jelaskan?
c.  Kontrak :
     Topik       : Jika ibu sudah mengenali suar itu, itu namanya halusinasi, sekarang kita akan membicarakan tentang cara mengontrol halusinasi yang ibu alami, seperti janji kita sebelumnya.
     Waktu      : Untuk pembicaraan kali ini kita akan berbincang-bincang berapa lama bu?
     Tempat    : Ibu pinginnya berbincang-bincang di mana? Apakah pada tempat yang seperti kemarin atau di mana?
2.  Kerja
     Bagaimana tindakan ibu jika halusinasi itu muncul? Jika halusinasi itu muncul lagi, coba ibu untuk menyibukkan diri (mencuci, menyapa dan lain-lain). Ini akan membantu ibu untuk memutus halusinasi tersebut atau jika halusinasi itu datang ibu katakan saya tidak mau dengar/lihat kamu. Bagaimana bu, apa ibu ingin mencoba saran saya tadi, apabila halusinasi ibu muncul?
3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif   =   coba ibu ingat-ingat bagaimana cara memutus atau mengontrol halusinasi tadi, ibu bisa menjelaskannya? Bagaimana perasaan ibu setelah kita bincang-bincang tadi bu?
ü  Evaluasi objektif     =   Pandangan klien kadang-kadang masih kosong, kadang bicara untuk mengontrol halusinasi, coba ibu ingat-ingat lagi, untuk pertemuan selanjutnya saya akan menanyakan pada ibu.
ü  Rencana tindak lanjut =  oke, kalau ibu sudah mengetahui cara untuk mengontrol halusinasi coba ibu ingat-ingat lagi, untuk pertemuan selanjutnya saya akan menanyakannya pada ibu.
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Ibu perlu dukungan tidak? Untuk mengontrol halusinasi ibu? Jika ibu pingin tahu, kita nanti akan membahasnya lagi?
Waktu      : Kira-kira jam berapa ibu bisa berbincang-bincang lagi dengan saya nanti? Berapa lama bu?.
Tempat    : Tempatnya di mana bu? Ibu pinginnya di mana?.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    III

A.  Proses Keperawatan
1.  Kondisi klien
2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
4.  Tindakan keperawatan
a.  BHSP
b.  Klien dapat dudukan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
-    Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi.
-    Diskusikan dengan k/g (pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah).
ü  Gejala halusinasi yang dialami klien.
ü  Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
ü  Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah beri kegiatan jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama.
ü  Beri informasi waktu follow up atau papan perlu mendapat bantuan, halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai orang lain.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat pagi bu? Bagaimana masih ingat dengan nama saya bu?.
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu, kabarnya hari ini? Apakah masih seperti yang kemarin? Ibu masih ingat kemarin ibu mempunyai PR apa sama saya? Kalau masih ingat coba ibu jelaskan kembali bagaimana cara mengontrol halusinasi.
c.  Kontrak :
     Topik       : Seperti perkataan saya kemarin, kali ini kita akan membicarakan tentang dukungan-dukungan dari anggota keluarga yang berfungsi untuk mengontrol halusinasi kita akan bincang-bincang dengan keluarga ibu?
     Waktu      : Berapa lama kita akan berbincang-bincang kali ini?
     Tempat    : Tempat yang paling ibu sukai di mana?

2.  Kerja
     Biasanya kalau halusinasi itu muncul, ibu minta tolong sama siapa saja agar halusinasi hilang? Seandainya halusinasi itu muncul, ibu bisa memanggil keluarga ibu ataupun saya, mungkin kami nanti bisa membantu, bagaimana cara, ibu untuk menolak halusinasi tersebut? Kalau ibu ingin menolak halusinasi ibu, ibu sebaiknya membuat kesibukan, kegiatan-kegiatan sehari-hari dan jangan lupa control secara rutin dan minta keluarga mengontrol halusinasi yang dialami itu.

3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif   =   coba ibu/bapak sebutkan kembali cara mengontrol halusinasi dan bagaimana tindakan keluarga sebagai pendukung dari klien.
ü  Evaluasi objektif     =   keluarga dan klien berusaha untuk menjawab pertanyaan klien, pandangan klien sudah terfokus pada perawat, pandangan klien sudah kembali focus pada perawat, kadang klien tersenyum jika dipuji oleh perawat.
ü  Rencana tindak lanjut =  keluarga ibu sepertinya sudah mengatakan bagaimana caranya untuk membantu ibu apabila halusinasi ibu muncul, coba ibu ingat-ingat kembali apa yang telah kita bicarakan tadi.
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Sepertinya ibu sudah bisa untuk mengontrol halusinasi ibu, untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita membicarakan tentang bagaimana cara memanfaatkan obat dengan baik, bagaimana bu apakah ibu setuju?
Waktu      : Jam berapa ibu bisa berbincang-bincang lagi?
Tempat    : Tempat masih seperti kali ini atau pindah tempat bu?












STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
                                  Masalah    :    Halusinasi
                                  Pertemuan     :    IV

A.  Proses Keperawatan
1.  Kondisi klien
2.  Diagnosa keperawatan
     Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain b/d halusinasi
3.  Tujuan khusus
Klien memanfaatkan obat yang baik
4.  Tindakan keperawatan
a.  BHSP
b.  Klien memanfaatkan obat yang baik.
-    Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis frekuensi dan manfaat obat.
-    Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaat obat
-    Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
-    Diskusikan akibat berhenti minum obat-obatan tanpa konsultasi.
-    Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

B.  STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  Orientasi
a.  Salam      : Selamat siang bu? Masih ingat dengan saya kan bu?
b.  Evaluasi/Validasi     : Bagaimana bu kabarnya orang ini? Sepertinya ibu lebih ceria dari yang kemarin, bagaimana dengan keluarga ibu, apa mereka sudah membantu ibu jika halusinasi ibu muncul.
c.  Kontrak :
     Topik       : Seperti yang pernah saya janjikan tadi pagi, kali ini kita akan membicarakan tentang bagaimana memanfaatkan obat yang baik ibu kali ini akan didampingi oleh keluarga ibu.
     Waktu      : Berapa lama kita akan membahas masalah ini?
     Tempat    : Tempatnya di mana bu?
2.  Kerja
     Begini yang ibu dan bapak? Apabila bapak akan memberikan obat pada ibu bapak harus mengetahui dosis, frekuensi dan juga manfaat dari obat tersebut. Ibu nanti bisa minta obat sendiri pada perawat agar ibu nanti bisa secara langsung mengetahui manfaat dari obat tersebut atau mungkin ibu bisa bicara dengan dokter sendiri mengenai manfaat dan efek samping dari obat yang telah ibu terima. Dalam minumk obat ini ibu jangan berhenti karena mungkin ada akibat yang tidak baik terhadap kesehatan ibu dan harus menggunakan prinsip yang benar adalah benar obat, cara, dosis, pasien, tempat dan benar dokumentasi.
3.  Teminasi
ü  Evaluasi subjektif coba ibu sebutkan kembali prinsip 6 benar tadi yang sudah saya jelaskan? Coba ibu ingat kembali.
ü  Evaluasi objektif Maka pasien segar dan tersenyum pada perawat klien dan keluarga mendengarkan secara seperti sama penjelasan dari perawat. Klien sudah tidak menyendiri sudah bergabung dengan keluarga/perawat.
ü  Rencana tindak lanjut Coba nanti ingat “kembali obat” yang harus diminum baik waktu, dosis dan frekuensinya, ibu jangan sampai tidak minum obat ibu jangan sampai menyendiri lagi agar halusinasi ini tidak muncul lagi, isilah hari-hari ibu dengan berbagai kegiatan.
ü  Kontak yang akan datang
Topik       : Kalau ibu sudah mengetahui semua tentang halusinasi kita nanti akan bertemu lagi dalam rangka silaturahmi di rumah ibu.
Waktu      : -
Tempat    : -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar