Sabtu, 28 Mei 2011

askep jiwa- dpt


DEFISIT PERAWATAN DIRI

A.    Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
Jenis–Jenis Perawatan Diri
  1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
  1. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
  1. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
  1. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

B.     Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
  1. Kelelahan fisik
  2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
  1. Faktor prediposisi
a.       Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b.      Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c.       Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d.      Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
  1. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
  1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
  1. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
  1. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

  1. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
  1. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
  1. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.   
  1. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
  1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
  1. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C.    Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1.      Fisik
a.       Badan bau, pakaian kotor.
b.      Rambut dan kulit kotor.
c.       Kuku panjang dan kotor
d.      Gigi kotor disertai mulut bau
e.       penampilan tidak rapi
2.      Psikologis
a.       Malas, tidak ada inisiatif.
b.      Menarik diri, isolasi diri.
c.       Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.  
3.      Sosial
a.       Interaksi kurang.
b.      Kegiatan kurang .
c.       Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d.      Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1.      Data subyektif
a.       Pasien merasa lemah
b.      Malas untuk beraktivitas
c.       Merasa tidak berdaya.
2.      Data obyektif
a.       Rambut kotor, acak – acakan
b.      Badan dan pakaian kotor dan bau
c.       Mulut dan gigi bau.
d.      Kulit kusam dan kotor
e.       Kuku panjang dan tidak terawat

D.    Mekanisme Koping
1.      Regresi
2.      Penyangkalan
3.      Isolasi diri, menarik diri     
4.      Intelektualisasi

E.     Rentang Respon Kognitif
Gambar 1.
Rentang Respon Kognitif







Respon adaptif
 


Respon maladaptif
 





 

                                                                                   
Ketidakpastian periodik dan kebingungan
Kadang salah persepsi kadang berpikir tidak logis.
Menarik diri kadang merawat diri
 
Tegas
Orientasi lengkap persepsi akurat perhatian berfokus pikiran koheren dan logis.
Prilaku sesuai hubungan sosial
Mampu merawat diri.
 
   




Ketidakmampuan  untuk keputusan.
Disonentasi salah persepsi.
Isolasi sosial.
Deficit perawatan diri.
 
 

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
  1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a.       Bina hubungan saling percaya.
b.      Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c.       Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
  1. Membimbing dan myenolong klien merawat diri.
a.       Bantu klien merawat diri
b.      Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c.       Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
  1. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a.       Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b.      Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c.       Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.                 
                                                                                                                  
F.     Pohon Masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
 
Bagan 1.1








 





G.    Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000: 32) diagnosa keperawatan yang muncul  pada pasien  defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu:
1.      Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri berhubungan dengan defisit perawatan diri: kebersihan diri  dan pakaian berhias
2.      Defisit perawatan diri berhubungan dengan menarik diri.

H.    Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri berhubungan dengan defisit perawatan diri, kebersihan diri, pakaian dan berhias.
1.      Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
2.      Tujuan Khusus
a.       TUK I : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
1)      Kriteria evaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
a).    Wajah cerah, tersenyum
b).    Mau berkenalan
c).    Ada kontak mata
d).   Menerima kehadiran perawat
e).    Bersedia menceritakan perasaannya
2)      Intervensi
a)      Berikan salam setiap berinteraksi.
b)      Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c)      Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d)     Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e)      Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f)       Buat kontrak interaksi yang jelas.
g)      Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h)      Penuhi kebutuhan dasar klien.
b.      TUK II      : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
1)      Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri.
2)      Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
a)      Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
b)      Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
c)      Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
d)     Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
e)      Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
f)       Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
c.       TUK III    :  klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
1)      Kriteria evaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.
2)      Intervensi
a)      Motivasi klien untuk mandi.
b)      Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c)      Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d)     Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e)      Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f)       Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
d.      TUK IV    :  klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
1)      Kriteria evaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur  tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
2)      Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuhk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
e.       TUK V      : klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
1)      Kriteria evaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
2)      Intervensi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
f.       TUK VI    :  klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
1)      Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
2)      Intervensi
a)      Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b)      Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c)      Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d)     Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
e)      Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
f)       Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
g)      Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :  EGC.

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta :  EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :  EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.  Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung  Seto

Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Taryoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Toonsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta.  EGC





Tidak ada komentar:

Posting Komentar