Kamis, 12 Juni 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA




ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN EFUSI PLEURA
  



KONSEP TEORI

A. Pengertian
      Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).
    Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).
       Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai 20ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi  (Smeltzer, 2002).
B. Penyebab
         Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan hemoragi.
a. Transudat
       Dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior dan tumor.
b. Eksudat
       Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi
       Dapat disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan tuberkulosis.
C. Patofisiologi dan Pathways
D. Tanda Dan Gejala
      Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam).
1)      Batuk
2)      Dispnea
3)      Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)
4)      Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.
5)      Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
6)      Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat.
7)      Perkusi meredup diatas efusi pleura.
8)      Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.
9)      Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.
10)  Fremitus fokal dan raba berkurang.
11)  Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.

E. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan hemoragi, eksudat, dan transudat.
2) Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada)
Pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
3) Ultrasonografi
4) Thorakosentesis / pungsi pleura
Untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serothorak), berdarah (hemothoraks), pus (piothoraks) atau kilus (kilothoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
5) Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
6) Biopsi pleura berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganaa atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculoca dan tumor pleur)


F. Penatalaksanaan Medis
1) Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis hepatis).
2) Thorasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
3) Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.
4) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
5) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretik.





KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infuse
5. nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
6. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya hipersekresi secret/mukus
2) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai 02 yang kurang
4) Gangguan rasa nyaman/Nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan pada rongga pleura
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai 02 dengan kebutuhan atau kelemahan.
6) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
7) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada rongga pleura
8) Resiko infeksi berhubungan dengan aspirasi cairan pleura melalui jarum

C. Penatalaksanaan Keperawatan
1)  Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret/mukus
Tujuan        :
Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil     :
Secret bisa keluar, ronkhi (-), RR 16-20 x /menit
Intervensi
Rasionalisasi
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi napoas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori





2. Atur posisi semi fowler





3. Menganjurkan pasien untuk banyak minum terutama air hangat

4. Mengajarkan nafas dalam dan batuk efektif

5. Pertahankan intake cairan 2500 ml/hari


4. Kolaborasi :
a. Pemberian oksigen lembab
b. Mucolytic agent

c. Bronchodilator






d. Kortikosteroid

1. Penurunan bunyi napas mungkin menandakan atelektasis, ronchi, wheezing menunjukkan adanya akumulasi sekret, dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas menyebabkan penggunaan otot aksesori dan peningkatan usaha bernapas

2. Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal dapat membuka area atelektasis, mempermudah pengaliran sekret keluar

3. Untuk mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan


4. Memenuhi kebutuhan O2 dan mobilisasi secret


5. Intake cairan mengurangi penimbunan  sekret, memudahkan pembersihan


a.   Mencegah mukosa membran kering, mengurangi sekret
b.   Menurunkan sekret pulmonal dan memfasilitasi bersihan
c.   Memperbesar ukuran lumen pada perca-bangan tracheobronchial dan menurunkan pada percabangan tracheobronchial dan menurunkan pertahanan aliran.
d.   Mengatasi respons inflamasi sehingga tidak terjadi hipoxemia.

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan            :
Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil     :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
adanya akumulasi cairan, bunyi napas terdengar jelas.
Tindakan :  
Intervensi
Rasionalisasi
1. Mengidentifikasi faktor penyebab






2. Mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang terjadi.


3. Membaringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60–90 derajat

4. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien)

5. Melakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam


6. Membantu dan mengajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif




7. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto thorax

1. Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat

2. Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien

3. Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal


4. Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru

5. Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-paru

6. Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif

7. Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru


3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai o2 yang kurang
Tujuan            :
Pasien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi
Kriteria hasil     :
Gas arteri dalam batas normal, warna kulit, perifer membaik, bunyi nafas bersih, tidak batuk
Intervensi
Rasionalisasi
1.     Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, bunyi nafas tambahan, peningkatan usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang terbatas, kelelahan

2.     Evaluasi perubahan kesadaran, perhatikan adanya cyanosis, dan perubahan warna kulit, membran mukosa dan clubbing finger

3.     Ajarkan bernapas melalui mulut saat ekshalasi





4.     Tingkatkan bedrest/ pengurangi aktifitas



5.     Monitor ABGs






6.     Kolaborasi suplemen oksigen
1. Tuberkulosis pulmonal dapat menyebabkan efek yang luas, termasuk penimbunan cairan di pleura sehingga menghasilkan gejala distress pernafasan
2. Akumulasi sekret yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi organ dan jaringan vital



3. Menciptakan usaha untuk melawan outflow udara, mencegah kolaps karena jalan napas yang sempit, membantu doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek

4. Mengurangi konsumsi oksigen selama periode bernapas dan menurunkan gejala sesak napas

5. Penurunan tekanan gas oksigen (PaO2) dan saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk perubahan terapetik

6. Mengoreksi hypoxemia yang meyebabkan terjadinya penurunan sekunder ventilasi dan berkurangnya permukaan alveolar.

4.  Gangguan rasa nyaman/ Nyeri dada berhubungan dengan proses peradangan pada rongga pleura
Tujuan        :
Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil     :
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol, pasien tampak tenang

Intervensi
Rasionalisasi
1. Mengkaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri



2. Mengajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi\

3. Mengamankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi

4. Memberikan analgetik sesuai indikasi

1. Untuk mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga dapat mengambil intervensi yang cepat dan tepat

2. Tehnik distraksi dan relaksasi efektif untuk mengurangi rasa nyeri



3. Memberikan kenyamanan pada pasien dan mencegah infeksi akibat timbulnya iritasi

4. Mengurangi rasa nyeri

5.  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2  dengan kebutuhan
Tujuan        :
Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin
Kriteria hasil     :
Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.
Intervensi
Rasionalisasi
1. Mengevaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas serta adanya perubahan tanda-tanda vital



2. Membantu Pasien memenuhi kebutuhannya

3. Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien


4. Memotivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahan
1. Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas






2. Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri

3. Kelemahan suatu tanda pasien belum mampu beraktivitas secara penuh

4. Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan pasien pada kondisi normal


9) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
Tujuan            :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
Konsumsi lebih 40% jumlah makanan, berat badan normal dan hasil laboratorium dalam batas normal
Intervensi
Rasionalisasi
1.  Memberi motivasi tentang pentingnya nutrisi






2.  Mengauskultasi suara bising usus




3.  Melakukan oral hygiene setiap hari



4.  Memberi makanan dalam porsi kecil tapi sering

1. Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya, kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh

2. Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya gangguan pada fungsi pencernaan

3. Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan


4. Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan memudahkan reflek






DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer and Bere. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, edisi 8: Volume 1. Jakarta: EGC.
Baughman C Diane,.2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi: 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Craft Martha, Smith Kelly. 2012. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna Pustaka.
Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi: 3. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.