Selasa, 06 Desember 2011

AMIPAREN CARI KAMPUS

Song AMIPAREN


Apa salah ku apasalah diri ku
kakak an menghukum aku
tak jadi masalah karna niat diri ku 
tuk jdiorang disiplin
tuk jadi seorang Perawat
Kamilah angkatan AMIPAREN

Emas-emas embak-embak semuanya ayo-ayo hukum kami
kami yang tak disiplin
menjalan kan aturan yang telah di tetapkan di PPS ini

Timur ke barat
selatan ke utara
ku cari AKPER NWU
jalani PPS ini
oh,..TUHAN ini kah cobaaan,.

AMIPAREN wow Kereennnn,.....
Sumpah ya,.....
By, Muh. Saipul Zohri

Senin, 05 Desember 2011

AMIPAREN

Angkatan 16 Paling Keren

AMIPAREN adalah salah satu nama angkatan Mahasiswa keperawatan di Akademi keperawatan ngudi Waluyo Ungaran, Lahir pada tanggal 2 September 2009. Nama angkatan di berikan oleh Ikaan Keluarga Mahasiawa (IKM).

 

Untuk tetap menjaga kekompaakan sesama angkatan sering di adakan acara-acara buat kekompakan bersama,.Contoh nya apa ya,...??
Banyak dah sampe tidak bisa di sebut satu per satu,.he
Di sinini Gua juga bikin Design Baju wat angkatan Gua biar keliatan ada kompak dari luar enggak dari dalam aja,...
Lumayan kerenkan Design Baju nya,.hehehe
Gua dan temen-temen selalu berharap di sini kita tuntut ilmu, dari awal kita bareng-bareng dateng di sini, di Kampus tercinta AKPER NWU dan nantinya berharap WISUDA bareng  juga,..
amien,....amien,...
AMIPAREN emanhg angkatan paling keren dah,..
sukses selalu wat temen-temen AMIPAREN,..

AMIPAREN wow Kereeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnnn,...................
Sumpah ya,....

By. Muh. Saipul Zohri



ASKEP TROMBOSITO PENIA


TROMBOSITO PENIA

A.    PENGERTIAN
            Trombosito Penia adalah kondisi dimana seseorang mempunyai sedikit trombosit yang berisi kulasi di darah. Hal ini disebabkan karena trombosit tidak / kurang diproduksi sum-sum tulang atau karena kerusakan trombosit pada sirkulasi darah.

             Idiopatik Trombosito Penia Purpura merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya perdarahan yang tanpa diketahui penyebabnya. Idiopatik berarti penyebab yang tidak diketahui. Trombosit penia merupakan keadaan dimana trombosit kurang dari normal, di bawah 100.000 mm3. Keadaan trombosito penia menyebabkan perdarahan spontan jika jumlah trombosit kurang dari 20.000 mm3 yang dapat masuk ke system saraf pusat, otot, dan persendian.

B.     ETIOLOGI
Penyebab ITP tidak diketahui, tetapi diyakini hal ini disebabkan oleh Autoimun. Normalnya sistem imun membentuk antibodi yang berperan dalam melawan antigen yang masuk dalam tubuh. Pemberian obat-obatan sulfa, kondisi sistem lupus eritromatosus dan kehamilan merupakan penyebab ITP. Adanya infeksi karena virus memicu reaksi umum yang ternyata merusak trombosit.

C.     PATOFISOLOGI
Normalnya trombosit hidup dalam sirkulasi darah antara 8 – 10 hari. Oleh karena faktor tertentu seperti Autoimun, maka akan terjadi kerusakan trombosit. Sehingga masa hidupnya berkurang menjadi 1 – 3 hari atau kurang. Keadaan ini ysng kemudian menimbulkan berkurangnya trombosit dalam sirkkulasi darah (TROMBOSITO PENIA).

D.    TANDA DAN GEJALA
Banyak pasien yang menderita Trombosito Penia tanpa gejala, Adanya petekhie pada ekstermitas dan tubuh. Menstruasi yang banyak, Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi. Muntah darah dan batuk darah, Perdarahan Gastro Intestinal, Adanya darah dalam urin dan feses, Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah lengkap. Sel darah putih dan merah normal. Trombosit menurun di bawah 100.000 mm3, sering sampai kurang dari 20.000 mm3. Bleeding Time memanjang dengan waktu pembekuan normal. Pemeriksaan BMP (Bone Marrow Pungion), menunjukan meningkatnya megakariositik.

F.      PENATALAKSANAAN
1. Tujuan penataklasanaan ITP adalah menjaga agar jumlah trombosit dapat di     tingkatkan, mencegah terjadinya perdarahan.
2. Pemberian kortikosteroid seperti Prednison.
3. Pemberian immune Globulin, kombinasi dengan plasmapheresis.
4. Splenektomi
5. Mengatasi infeksi
6. Tranfusi trombosit.

G.    ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
-Riwayat perdarahan
-Pemeriksaan adanya petekhie, perdarahan hidung, dan saluran cerna.
- Jumlah trombosit yang menurun.

2.      Diagnose Keperawatan
a.       Resiko tinggi injuri berhubungan dengan meningkatnya resiko perdarahan sekunder menurunya jumlah trombosit.
b.      Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan perdarahan intadermal, petekhie, dan purpura.
3.      Intervensi keperawatan
a.       Resiko tinggi injuri berhubungan dengan meningkatnya resiko perdarahan sekunder menurunya jumlah trombosit.
Tujuan :
Pasien terhindar dari perdarahan, ditandai tidak adanya tanda – tanda perdarahan, tekanan darah dalam batas normal, trombosit dalam batas normal.
Rencana Tindakan Rasional
- Observasi tanda-tanda perdarahan seperti petekhie, epistaksis, perdarahan pervagina atau rectal.
- Beri kompres dingin dengan menggunakan es
- Anjurkan pasien untuk hati-hati menggosok gigi dan gunakan sikat gigi yang lembut.
- Jelaskan pada pasien dan keluarga, tanda dan gejala perdarahan berat, dan perdarahan akut
- Berikan tranfusi darah sesuai program. - Mendeteksi dini adanya perdarahan.
- Meningkaykan pembekuan darah pada tempat luka atau memar.
- Mencegah peradangan.
- Jika pasien dan keluarga mengatahui diharapkan mereka berpartisipasi dalam perawatan diri dan menerima respons dalam menjaga kesehatan.
- Memenuhi kebutuhan darah dan meningkatkan oksigenase pada jaringan.

b.      Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan perdarahan intadermal, petekhie, dan purpura.
Tujuan :
Kerusakan integritas kulit pasein tidak meluas atau berkurang, deteksi dini pengobatan terhadap perdarahan.
Rencana Tindakan Rasional
-                OBS dan catat keadaan kulit pasien seperti adanya petekhie, purpura, dan
memar.
-
          Beri es atau agen topikal pada daerah yang memar.
-           Hindari penggunaan alat-alat invasive jika meningkat.
-           Jelaskan pada pasien dan keluarga tindakan yang mungkin dilakukan jika terjadi perdarahan. - Mendeteksi dini adanya perdarahan dan melaksanakan tindakan lebih awal.
-           Meningkatkan pembekuan darah pada tempat yang luka / memar.
-
          Mencegah terjadinya perdarahan.
-           Pasien dan keluarga kooperatif dalam keperawatan.

ASKEP HIPOGLIKEMIA


HIPOGLIKEMIA
A.    KONSEP TEORI
1.      DEFINISI
Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala hipoglikemia apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)
Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997)
Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).
Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh.(www.medicare.com)
2.      ETIOLOGI
Etiologi hipoglikemia pada diabetes mellitus (DM)
a.       hipoglikemia pada stadium dini
b.      hipoglikemia dalam rangka pengobatan DM
1)      penggunaan insulin
2)      penggunaan sulfonylurea
3)      bayi yang lahir dari ibu pasien DM
c.       Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
1)      hiperinsulinesme alimenter pasca gastrektomi
2)      insulinoma
3)      penyakit hati berat
4)      tumor ekstra pankreatik,fibrosarkoma,karsinoma ginjal
5)      hipopituitarism,  (Mansjoer A, 1999: 602).


Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea:
a.       Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1)      pengurangan/keterlambatan makan
2)      kesalalahan dosis obat
3)      latihan jasmani yang berlebihan
4)      penurunan kebutuhan insulin
-          penyembuhan dari penyakit
-          nefropati diabetic
-          hipotiroidisme
-          penyakit Addison
-          hipopituitarisme
5)      hari-hari pertama persalinan
6)      penyakit hati berat
7)      gastro paresis diabetic
b.      Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
1)      pengendalian glukosa darah yang ketat
2)      pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hiperglikemik
3)      penggantian jenis insulin, (Mansjoer A, 1999: 602)
3.      MANIFESTASI KLINIS
      Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase yaitu
a.       Fase  I : gejala-gejala aktivas pusat autonom dan hipotalamus sehingga          hormon epinefrin di lepaskan, gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b.      Fase II: gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak,karena itu di namakan gejala neurologist.
Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.
Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.
Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997 :  603).
Pertama, hipoglikemia dalam diabetic adalah lebih umum ketimbang ketoasidosis, meskipun sebagian besar penyebaran terdapat pada kelompok ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.(Ester,2000:464).
Di kutip dari Karen Bruke 2005 :1478 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis yang  meliputi:

-          Lapar        
-          Mual-muntah
-          Pucat,kulit dingin
-          Sakit kepala
-          Nadi cepat
-          Hipotensi
-          Irritabilitas

Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral
4.      Sakit kepala
-          Koma
-          Kesulitan dalam berfikir
-          Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
-          Perubahan dalam sikap emosi
5.      PATOFISIOLOGI
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
a.       dehidrasi
b.      kehilangan elektrolit
c.       asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. ( Smeltzer. 2001 ).
6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa. (Mansjoer A 1999: 604)
Di kutip dari www.medicare.com ada berbagai pemeriksaan penunjang meliputi :
a.       perpanjangan pengawasan puasa, tes primer untuk hypoglikemia, perpanjanganya (48-72 jam) setelah pengawasan puasa.
b.      Tes bercampur makanan, tes ini di gunakan jika anda mempunyai tanda puasa (2 jam PP)
c.       Tes urine di simpan untuk mencari substansi keton.
d.      Tes ini juga mencari tes pancreas atau penyakit endokrin.
7.      PENATALAKSANAAN
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

B.     KONSEP KEPERAWATAN
1.      Pengkajian primer :  
a.       Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputumatau benda asing yang menghalangi jalan nafas 
b.      Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasanc.
c.       Circulation : kaji nadi, capillary refill
2.      Pengkajian sekunder
Pengkajian head to toe
a.       Data subyektif :
»        Riwayat penyakit dahulu
»        Riwayat penyakit sekarang
»        Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral. 
b.      Data Obyektif
1)      Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma
2)      Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

3)      Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi 
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4)      Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)
5)      Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6)      Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7)      Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati

8)      Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat 
9)      Keamana
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10)  Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
11)  Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.
C.    DATA-DATA LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan gula darah, urea darah, serum creatinin (BUN), mikoro albumunurea, dan glikohemoglobin (Hb) Ph dan bagian tekanan dari karbon dioksida (PCO2). tabel 51-1 menjelaskan bahwa rasional peningkatan dari studi ini. Periksa bagian urinary menunjukkan adanya pemeriksaan.tabel 51-2 menunjukkan gula darah normal, penjelasan mengenai interprestasi yang tidak normal pada keadaan koma, perawat memberi perawatan sampai pemeriksaan gula darah selanjutnya. (Donna 1991, hal 1598).
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
  1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastric berlebihan, diare, muntah, masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake yang kurang
Kemungkinan di buktikan      : peningkatan haluran urine,urine encer, kelemahan, haus, penurunan BB tiba-tiba, kulit membrane mukosa kering, turgor buruk, hipotensi, takikardia, perlambatan pengisian kapiler.
Hasil yang di harapkan dan Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan hidrasia dekuat di buktikan oleh tanda vital yang stabil, nadi perifer dapat di raba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluran urine tepat secara individu.
Intervensi
a.       Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya/intensitas gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebihan.
b.      Pantau tanda-tanda vital
c.       Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot Bantu nafas dan adanya periode apnoe dan munculnya sianosis.
d.      Suhu, warna kulit/ kelembapannya.
e.       Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane mukosa
f.       Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
g.      Ukur berat badan setiap hari
h.      Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat di toleransi jantung.
i.        Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman
j.        Catat hal-hal yang dapat di laporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
k.      Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan adanya distensi pada vaskuler.
l.        Berikan therapy cairan sesuai indikasi (kolaborasi)
m.    Kolaborasi untuk pemasangan DC
n.      Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau melalui oral sesuai indikasi.
  1. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh,nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
Kemungkinan di buktikan : Maloporkan masukan makanan tak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan BB, lemah, kelelahan.tonus otot buruk, diare
Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mencerna jumlah kaori/nutrient yang tepat, menunjukkan tingkat energi seperti biasanya.
Intervensi
a.       Timbang BB setiap hari
b.      Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat di hasilkan pasien.
c.       Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment/perur kenbung, mual, muntahan makanan yeng belum dapat di cerna.
d.      Beri diit TKTP/diit DM
e.       Identifikasi makanan yang dapt di sukai/di kehendaki termasuk kebutuhan etnik/cultural.
f.       Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi
g.      Observasi adanya tanda-tanda hiperglikemia
h.      Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stiek”
i.        Lakukan konsultasi dengan ahli diit.
  1. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b/d kadar glukosa darah, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang sebelumnya.
Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mengidentivikasi intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi, mendemontrasikan teknik, atau gaya hidup untuk mencegah infeksi.
Intervensi
a.       Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b.      Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien.
c.       Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive
d.      Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik
e.       Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
f.       Awasi bunyi napas
g.      Berikan tindakan kenyamanan pada pasien
h.      Bantu pasien untuk melakukan oral hygine
i.        Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat
  1. Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia endogen, ketidak seimbangan insulin  glukosa dan atau eletrolit.
Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mempertahankan tingkat mental seperti biasanya, mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori
Intervensi
a.       Pantau tanda-tanda vital dan setatus mental
b.      Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhan
c.       Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak terganggu waktu istirahat pasien.
d.      Pelihara aktivitas pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuanya
e.       Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat)ketika tingkat kesadaran terganggu.
f.       Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi
g.      Berika tempat tidur yang lembut
h.      Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
  1. kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolic, perubahan energi darah defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:status hipermetabolik/infeksi.
Kemungkinan di buktikan : Kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas seperti biasanya, penurunan kinerja, kecendrungan terjadi kecelakaan.
Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi, menunjukkan penigkatan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan.
Intervensi
a.       Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
b.      Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup/tanpa gangguan.
c.       Pantau nadi/pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan  aktivitas.
d.      Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi,berpindah tempat dan sebagainya.
e.       Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.